Malam ini 8 Mei 2016,
saya ada di tempat yang lumayan tinggi. Di balkon rumah. Bukan! Bukan rumah Pak
RT. Bukan juga rumah Pak Presiden. Tapi rumah orangtua saya.
Malam ini saya lihat
bintang, padahal gak ada. Mungkin dia malu atau mungkin dia malas bertemu
dengan saya. Saya juga cari si Bulan. Tapi gak ada. Mungkin tertutup dengan
awan karena malam ini mendung atau mungkin sedang berpacaran dengan bintang. Saya
gak tau pasti, karena tangan saya gak sampai untuk menggeser awan. Hal ini
jangan dipikirkan, saya gak mau kamu pusing. Biar saya saja yang pusing. Siapa tau
dikira orang penting, padahal belum tentu.
Sama seperti manusia
yang lewat kala itu. Lewat di pikiran saya. Ciki Jaguar namanya. Sengaja saya
beri nama seperti itu, karena saya ingin. Kalau tidak, saya paling beri dia nama
Putri.
Kala itu Putri datang
ke saya,
‘Bay, lo ngajar gitar? Pas
ngajar gue ikut donggg’
‘Iya. Tapi saya gak
jago main gitar. Biasa aja.’
‘Udah gak apa-apa.’ Katanya.
‘Iya nanti saya
kabarin. Emangnya kamu bisa kapan?’
‘Dih kamu? Hahaha.
Modus lu!’
Sengaja gak saya jawab.
Saya baru belajar.
Belajar hijrah.
Percakapan saya dengan Putri pun berakhir. Lebih tepatnya, tidak saya publiskasikan di sini. karena akan menambak ketidak pentinganya cerita ini.
Kadang saya sedikit kesal
ketika ada cewek yang bilang saya modus karena gaya bahasa. Entah mungkin
karena terlalu banyak pria yang mereka anggap brengsek, jadi sedikit baik pun
dikatakan modus. Saya akui manusia gak semuanya baik, tapi setidaknya kita
menghargai mereka. Kalau seperti itu, saya yang harus menyusaikan diri dengan
mereka.
Teman-teman yang saya sayangi.
Tenang, sayangnya gak
selebih sayang saya ke ibu, keluarga dan wanita yang saya cintai kok.
Bagi saya, bahasa itu
penting. Lebih penting lagi, bertutur kata yang baik ke siapa pun itu. Karena dari
kita bertutur kata yang baik ke setiap makhluk hidup, maka Tuhan akan beri yang terbaik
kepada kita. Kuncinya, jaga hati dan pikiran. Saya juga takut suatu saat gak
bisa jaga hati. Kalau jaga dia si Teh Hijau? Itu urusan Tuhan, Saya sudah minta lewat doa.
Gak banyak cerita
tentang Putri karena saya memang gak terlalu dekat dengan dia. Yang jelas
pertama kali saya hijrah, dia lah yang menguji saya. Membuat saya memiliki
pilihan yang baru. Pilihan untuk mempertahankan prinsip atau memilih untuk
menyusuaikan diri agar mereka merasa nyaman. Apa pun itu, terserah kamu mau
pergi karena kata “saya-kamu” yang saya gunakan. Yang jelas, saya gak mau munafik.
Hei, salam kenal
kembali. Saya Bayu Prasetya. Manusia biasa.
Salam santun.
Oiya, di kalimat sebelumnya tadi saya sebut "si Teh Hijau" ya? Entah siapa dia. Yang jelas bukan Teh Hijau sungguhan dan yang jelas dia ciptaan Tuhan serta Tuhan juga pertemukan dia dengan saya. Kamu gak perlu tau. Cukup dia yang tau. Dia yang saya maksud si Teh Hijau.
Hai Teh Hijau. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar