Saudari-Saudari

Kali ini giliran dua orang wanita yang saya kenalkan ke kalian. Bukan! Saya tidak berniat poligami. Lagi pula si Cinta sudah cukup untuk melengkapi saya. Baik, balik lagi ke ke dua wanita yang akan saya kenalkan ke kalian.

Mereka adalah saudari sedarah saya, walaupun golongan darah saya O, mereka A dan AB (setau saya itu) tapi kami berasal dari satu manusia yang sama yangg berpangkatkan “IBU”. Jangan tanya nama mereka, karena saya tidak akan beri tau ke kamu. Tapi biar saya beri tau kamu nama samaran mereka, yaitu Mawar dan Melati. 

Dulu waktu kecil kami sering bertengkar. Entah berapa sering kami bertengkar. Tapi jangan khawatir kami bertengkar tak seperti anak SMA apalagi STM yang sedang tawuran. Kami hanya saling mengingatkan hanya saja pada saat itu kami masih tak tau cara yang baik seperti apa.

Wanita-wanita ini turut saya lindungi sebagai mana saya melindungi si Mama dan si Cinta. Bukan karena saya anak laki-laki satunya di keluarga, tapi karena saya mau. Kamu tidak boleh memaksa saya, saya tidak memaksa kamu soalnya.  Jadi jika kalian ingin mencintai mereka, cintai saya juga. Yang saya maksud, jika kalian mencintai seseorang, kalian akan mencintai keluarganya juga. Kalau tidak? Ayolahhh, kau itu harus mencintai orang yang telah membesarkan dan merawat dia sebelum dia bertemu dengan mu. Jangan lupakan mereka, karena saya tau pasti tak ada makhluk yang ingin dilupakan. Bahkan pulau Kalimantan sekalipun. Meski pun Mantan, dia tetap dianggap sebagai pulau meski dengan keraguan dalam pengakuan “Kali”

Ok, ini bukan cerita tentang pulau kelahiran saya. Mari saya luruskan.


Wanita-wanita ini pernah saya tangisi. Kala itu saya sedang dilanda bambang. Eh maksud saya bimbang. Bambang itu guru olahraga saya, kalau kamu mau tau. Tapi kalau tidak, mari saya beri tau kamu, biar kamu banyak tau.

Waktu itu, saya diberikan pilihan, mau kuliah di luar kota jauh dari mereka atau di kota saya tinggal. Saya diberikan jurusan-jurusan perkuliahan yang saya suka oleh pemerintah, terutama yang di luar kota. Hanya saja jika saya pilih melanjutkan studi di luar kota, jauh dari mereka, satu hal yang saya pikirkan saat itu.

“Siapa yang akan jaga mereka? Saya gak mau mereka dipatahkan hatinya oleh pria.”

Lalu hati saya menjawab, “Sudahlah... kamu di sini saja, bimbing mereka, jaga mereka, rezeki mu tak akan ke mana jika niat mu baik.”


Kembali saya mengiyakan hati saya. Akhirnya pada hari tes seleksi masuk, saya mengerjakan soal apa adanya. Dan kamu tau apa?!

Saya tak lulus di luar kota. Tak apa, itu juga yang saya mau dan mungkin Tuhan punya jalan lain. Saya setidaknya harus bisa membahagiakan mereka dengan caranya. Jadi lah saya tetap tinggal dengan mereka dan tetap sebagai penjaga mereka.

Dan kamu tau apa?!

Saya akan menjaga mereka melebihi pria-pria sebelumnya. Lalu bagaimana si Cinta?

Saya juga akan menjaganya melebihi pria-pria sebelumnya bahkan yang akan datang.


Hoaaaa, saya ingin tidur karena ngantuk. Tapi sebelum tidur, saya ingin minum karena haus. Selamat malam malam. Selamat malam kalian. Selamat malam untuk si Cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar